Perubahan
identitas pada dasarnya adalah proses perubahan dari satu identitas
sebelumnya ke identitas lain yang
mungkin lebih baik dari sebelumnya atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya.
Dalam tulisan ini akan dikemukakan tentang perubahan identitas dari sebelumnya
strata biasa menjadi luar biasa. Perubahan hidup dari sederhana menjadi matang
terkadang menjadi suatu keunikan tersendiri pada seseorang yang tak mampu
beradaptasi, baik adaptasi secara moral maupun perubahan kultur lain yang
sebelumnya ia jalani sebagai manusia dengan strata yang biasa-biasa saja.
Perubahan
identitas ini dalam kebanyakan politisi kita atau orang tertentu di Indonesia
menjadi problema tersendiri yang tentunya berdampak pada moralitas, gaya hidup,
dan hal lain yang membuat dirinya menjadi berbeda dari sebelumnya. Contoh
perubahan ini misalnya seorang yang sebelumnya bergelut didunia keagamaan atau
seseorang sebelumnya menjadi pejuang kemanusiaan (aktivis) kemudian terlibat
dengan partai politik yang mengangkatnya pada status prestius misalnya terpilih
menjadi anggota legislative (DPR) atau menjadi pejabat dalam lingkup
tertentu. Proses pergantian identitas
ini menarik untuk dianalisa sebagai suatu tataran perubahan moralitas, gaya hidup
yang matre dengan penuh kesenangan, dikelilingi perempuan dan menghalalkan
segala cara untuk mencapai keinginan itu termasuk melakukan korupsi.
Menjadi
pejabat, baik sebagai politikus legislative ataupun pejabat dalam lingkup
tertentu membuat seseorang merasa status sosialnya berubah, hal ini akan
membuat orang tersebut seperti menanggalkan status lama yang cenderung dianggap
tak layak lagi ia sandang. Contoh kecil misalnya pada status sebelumnya yang
biasa saja dengan memakai kemeja biasa tak bermerek itu dipandang normal-normal
saja, akan tetapi ketika perubahan identitas sosial yang ia rasakan otomatis
pakaian yang dulunya biasa ia kenakan ketika dikenakan kembali akan membuatnya
risih dan dianggap tidak sesuai dengaan identitas barunya yang semestinya
menurut dia sepadan dengan jas-jas mahal dan pakaian-pakaian yang bermerek.
Perubahan
ini sedikit demi sedikit mempengaruhi baik dari segi pikiran, kebutuhan,
pergaulan, dan tentu moralitasnya. Perubahan-perubahan ini membuatnya
membutuhkan fasilitas-fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhannya, salah satunya
adalah uang yang memang mudah didapatkan pada posisi tersebut. Tak
terbendungnya keinginan tersebut oleh moralitas agama akan mebuatnya “mabuk”
dengan hasrat yang berlebihan. Dengan uang yang mudah didapat dengan berbagai
cara akan merubah sisi pergaulan yang sebelumnya sederhana menjadi foya-foya
atau intinya segala sesuatunya untuk kesenangan. Unsur kesenangan yang
terkadang berlebihan tak terhingga inilah yang semakin membuatnya terperosok
pada hasrat yang lebih jauh, salah satunya hasrat birahi yang membuatnya
memiliki perempuan-perempuan menarik demi kesenangan. Hal ini dipermudah oleh
kebanyakan perempuan dengan budaya matre yang rela memuaskannya asal
gelimpangan uang untuk menghalau serangan kemiskinan.
Kesenangan-kesenangan
dunia inilah secara tidak disadarai telah merubah meninggalkan ideologi, agama,
dan pikiran-pikiran sehatnya secara system cultural menjadi konsep-konsep yang berbahaya. Segala
sesuatu tipu muslihat dibenarkan untuk mendapatkannya terutama pada wilayah
kucuran uang yang dibutuhkan untuk memuaskannya. Posisinya sebagai pejabat yang
mampu memanipulasi segala hal mendorongnya mau tak mau pada budaya korupsi.
Hidup mewah, perempuan, kesenangan menjadi ideologi baru bagi dirinya.
Mari Melawan atau Selamat Mencoba
Tidak ada komentar:
Posting Komentar